.::SMP FRATER PADANG::.


 
Artikel
Adilkah dengan UN
By Your Self
RI 24 Rekor Dunia

ANDA BISA KARENA BIASA
HANYA ANDA SENDIRILAH YANG MENGETAHUI KESANGGUPAN ANDA
(By Your Self)
Paradikma pendidikan yang menilai siswa adalah objek pendidikan hanyalah paradikma primitif. Siswa dalam pandangan baru pendidikan adalah subjek semana layak seorang manusia dengan berbagai macam potensi yang dimiliki. Siswa bukanlah kertas kosong (konsep tabula rasa) yang harus dihitami oleh para gurunya melainkan subjek yang menuntut keterlibatan aktif sehingga potensi-potensi yang dimilikinya bisa dikembangkan. Memahami konsep ini, seorang guru dianjurkan untuk tidak memakai cap-cap negatif terhadap siswanya. Disini yang diharapkan guru adalah motivator dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa karena menurut Mathev sorang dosen psikologi disalah satu universitas Amerika, mengatakan bahwa faktor pikiran sangat mempengaruhi pola pikir. Ada semacam analogi yang dibuatnya yakni "ketika orang berpikir kaya maka dia akan kaya", sebaliknya "ketika dia berpikir miskin maka dia miskin". Jika analogi ini diterapkan dalam dunia pendidikan maka selayaknya cap-cap yang menilai siswa goblok, siswa paling ribut dan paling nakal harus dihilangkan.
Pandangan yang menegaskan bahwa siswa adalah subjek pendidikan akan mencapai target jika tidak untuk memenuhi kasana konsep, melainkan ada suatu pembuktian praktis berupa kegiatan-kegiatan yang mendukung seperti diskusi kelompok, sharing dengan guru, belajar dari alam, belajar di ruang terbuka, fun reading, atau kegiatan ektrakurikuler. Hal ini mengisyaratkan perombakan metode hafalan bagi siswa karena mereka bukan “beo-beo” untuk dilatih menghafal kata-kata dan mengekor seperti “bebek” pada gurunya. Konsep ini mau menepis istilah “Guru Kencing Berdiri Siswa Kencing Berlari”. Harapan terwujudnya ketika siwa mempunyai kepandaian selektif untuk mengenal mana yang harus diteladani dari gurunya. Tetapi jika siswa hanya memiliki kepandai menghafal maka dia akan menilai semua yang dilakukan gurunya benar walaupun gurunya sedang keliru, sementara manusia pada umum tidak ada yang sempurna sesempurna Sang Pencipta.
Melihat siswa dengan rata-rata usia masih cukup belia, sangat disayangkan jika rasa ingin tahunya dimatikan dengan metode guru yang cuma melatih siswanya menghafal abjad untuk diingat kembali. Alfabet seorang penemu abjad, tentu punya harapan besar yakni dengan abjad yang dirancangnya manusia bisa menguntaikan hasil pemikirannya, kata demi kata agar bisa dikomunikasikan kepada kalayak. Dari pengkomunikasian pemikirannya kepada kalayak ada semacam pembuktian diri sebagai pribadi atau dalam kata Andreas Hareva pada bukunya “menjadi manusia pembelajar” yakni by your self atau menjadi diri sendiri.
 

 
 
Copyright © 2007 - 2008 IT SMP Frater Padang